Pages

Jangan Jadi Akhwat Cengeng



Salah satu indikasi cengeng adalah tangisan. Yups, dan terkadang menangis bisa menjadi ajang pelarian dari luapan emosi.
Sebenarnya, menangis merupakan salah satu hal yang bagus lho. Loh, kok bisa menangis dianggap suatu hal yang bagus? Bukankan kalo menangis itu kita jadi seperti gampang menyerah terhadap keadaan, tidak tegar, bermental rapuh, dan cengeng..? Eits, tunggu dulu, liat aja beberapa hadits berikut.

Dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah (selalu beribadah), seseorang yang hatinya bergantung kepada masjid (selalu melakukan shalat berjamaah di dalamnya), dua orang yang saling mengasihi di jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk bezina), tapi ia mengatakan: “Aku takut kepada Allah”, seseorang yang diberikan sedekah kemudian merahasiakannya sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian, lalu meneteskan air mata dari kedua matanya.” (HR Bukhari)
Abu Dzar meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya saya melihat apa-apa yang kalian tidak melihatnya. Saya mendengar apa-apa yang tidak kalian dengar. Langit telah merintih. Tidak ada padanya tempat untuk empat jari kecuali di situ ada seorang malaikat yang bersujud. Jika kalian mengetahui apa yang saya ketahui tentu kalian tidak lagi banyak tertawa sebaliknya akan banyak menangis. Kalian tidak lagi menghiraukan kelezatan dengan isteri-isteri kalian di tenpat tidur, sebaliknya kalian ingin keluar untuk berteriak, berdo’a khusyu’ kepada Allah.” (HR. Ahmad)
Golongan yang terakhir dari tujuh golongan yang akan dinaungi Allah digambarkan sebagai orang yang meneteskan air mata setelah mengingat Allah dalam kesendirian. Wah2x, luar biasa kan keutamaan dari menangis.
Dan di hadits terakhir disebutkan bahwa jika ada seseorang yang telah benar-benar mengetahui keadaan yang ghaib (hari akhir, siksaan Allah, ketaatan makhluk-makluk Allah, dll), maka tentu kita akan menjadi orang-orang yang jarang tertawa dan lebih banyak menangis.
Wah2x.., asyik juga ya jadi orang yang suka menangis. Menangis karena mengingat Allah, menangis karena takut kepada Allah, dan menangis karena mengharap kepadaNya.
Tapi itu mah berat amat euy
Lalu, boleh ngga kita menangis untuk hal-hal yang bersifat keduniawian, seperti setelah mendapat musibah, ketika sakit, ketika ada masalah besar yang sulit diatasi, ketika bersedih, atau ketika diputus sang pacar
Wah2x.., klo itu mungkin lain lagi ceritanya kali ya… Hmmm…
Sebetulnya sih, sedih sehingga menangis merupakan suatu hal yang manusiawi aja. Sebagaimana kita bergembira atau berbahagia. Semua itu merupakan bagian dari suasana hati yang sangat manusiawi.
Bahkan, klo tidak pernah menangis atau bersedih, perlu dipertanyakan juga tuh sifat kemanusiawiannya… Jangan-jangan bukan manusia lagi… hiiiihhh
Nah, sebagaimana perlakuan dari sifat-sifat manusiawi itu, mereka pun perlu ada tempat dan kadarnya. Klo ngga punya, berarti salah, tapi klo kebanyakan juga salah banget.
Lantas gimana dong baiknya..?
Nah, dengerin nih apa kata Imam Ali kw,“Jangalah kalian terlalu bergembira atas apa yang kalian dapat, dan janganlah kalian terlalu bersedih atas apa yang kalian luput”
Hmmm, jadi intinya…?
Nanti dulu, buru-buru amat sih hihihi
Dulu pernah baca sebuah artikel dari kumpulan artikel “Dari Akhwat untuk Akhwat”nya mba Atik yang berjudul “Muslimah Manja”. Lho, kok kak Ipin bacaan artikel akhwat sih..? Nah ya… Hehehe, kan calon istri kak Ipin nanti (Insya Allah) adalah seorang akhwat, jadi kudu belajar donk tentang keakhwatan, biar bisa memahami . Wah, jurus ngeles boleh nih.. hihihi… ok deh, lanjut kak. Ok, tapi jangan protes lagi ya kalo mau ka Ipin lanjutin. Ok.
Di artikel itu diceritakan sedikit gambaran para istri-istri yang suaminya tawan oleh Israel (la’natullah alaih) di bumi para syuhada Palestina. Coba bayangkan, ada berapa ratus ribu para mujahid yang ditahan di penjara-penjara Israel (la’natullah alaih), dan bagaimana perjuangan ketegaran para istri yang harus mengurus anak-anaknya dan bersikap tegar dalam kondisi yang serba sulit seperti itu, daerah konfik euy, yang semuanya serba susah. Kalau mereka cengeng, mungkin sudah ada banjir air mata di sana, namun mereka sungguh sangat luar biasa.
Nah.., malu kan sama ibu-ibu disana. So, jangan terlalu cengeng ya. Nangis sih boleh-boleh saja, asal tetap proporsional dan pada tempatnya. Sebagaimana Rasulullah saw pun pernah menangis ketika anak laki-lakinya yang bernama Ibrahim meninggal dunia.
Ibnu Umar mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “Air mata mengalir, dan hati pun bersedih.” (Diriwayatkan dengan maushul oleh penyusun dalam hadits berikutnya dengan lafal yang mirip dengannya, dan di-maushul-kan oleh Muslim dari Anas dengan lafal ini.)
Anas bin Malik ra berkata, “Kami masuk bersama Nabi pada Abu Saif al-Qain (si pandai besi), suami wanita yang menyusui Ibrahim. Lalu, Rasulullah mengambil Ibrahim dan menciumnya. Sesudah itu kami masuk kepadanya dan Ibrahim mengembuskan napas yang penghabisan. Maka, air mata Rasulullah mengucur. Lalu Abdurrahman bin Auf berkata kepada beliau, ‘Engkau (menangis) wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Wahai putra Auf, sesungguhnya air mata itu kasih sayang.’ Kemudian air mata beliau terus mengucur. Lalu beliau bersabda, ‘Sesungguhnya air mata mengalir, dan hati pun bersedih. Namun, kami hanya mengucapkan perkataan yang diridhai oleh Tuhan kami. Sungguh kami bersedih karena berpisah denganmu wahai Ibrahim.’” (HR Bukhari)
So, jadilah akhwat keren yang ngga cengeng, dengan menangis hanya pada tempat-tempatnya saja, dan jadi akhwat hebat karena menjadi akhwat yang tegar. Percayalah akan pertolongan Allah, yakinlah atas janji-janjiNya, dan teroboslah ujian-ujianNya.
Sebagaimana dicontohkan oleh seorang wanita yang luar biasa, seorang ibu yang beriman, Khansa ra di dalam peperangan Qadisiyah. Dialah yang mendorong empat anaknya dan berpesan kepada mereka untuk berani maju ke depan dan teguh menghadapi peperangan dalam kata-katanya yang mantap dan menarik. Ketika peperangan belum selesai, sudah ada pemberitahuan bahwa semua anaknya telah syahid, maka Khansa tidak gusar ataupun berteriak-teriak, bahkan ia berkata dengan penuh ridha dan yakin, “Segala puji bagi Allah yang telah memberi kemuliaan kepadaku dengan gugurnya mereka di jalan-Nya.”
8 Desember 2007Syamsul Arifin

“Untuk seseorang yang sedang menahan air mata di ujung sana”
window.google_render_ad();

3 komentar:

Agus Roma mengatakan...

I like this post. Akhwat tangguh, hidup akhwat

Unknown mengatakan...

Kunjungan di pagi hari. Jangan lupa ditunggu follow dan comentnya. Info terbaru speedline scam http://belajarforexgratis.net/index.php/informasi-umum/speedlineinc-scam.html

Unknown mengatakan...

thanks for all comment :)

Posting Komentar