Dalam
praktikmya, metode-metode itu sudah saling tumpang tindih karena
masing-masing telah belajar dari sesamanya dan saling tukar menukar
teknik-teknik. Seorang fasilitator terkadang memanfaatkan teknik coaching
pada suatu kesempatan dan demikian pula sebaliknya. Namun, di antara
mereka tentu ada perbedaan-perbedaan yang sifatnya mendasar. Berikut
adalah deskripsi yang mungkin dapat membantu Anda membedakan peran-peran
itu.
Mentoring
Menjadi
penasihat atau guru yang sangat dipercaya, khususnya di seputar topik
yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang. Kerjanya cenderung one on one. Mentor cenderung mengajarkan hal-hal yang sebelumnya sudah mereka berhasil capai.
Teaching
Menyampaikan pengetahuan atau keterampilan; menyediakan pengetahuan; menyiapkan kondisi untuk aksi atau sikap tertentu.
Training
Melatih
orang tentang suatu subjek, karenanya mereka harus ahli di subjek itu.
Mereka menangani isi (keahlian/subjek yang dilatih) dan juga proses
melatihnya.
Coaching
Biasanya berbasis hubungan one-on-one di mana coach membantu klien untuk fokus dan mencapai tujuan-tujuannya lebih cepat dari pada klien berusaha sendirian. Coach
adalah orang yang ahli dalam memfasilitasi pencapaian tujuan atau
proses perkembangan diri klien, namun dia tidak perlu ahli benar dalam
topik yang di-coach-nya. Coach biasanya membantu klien dengan menyediakan tools dan hal-hal yang dapat memotivasi dan membantu pencapaian.
Counseling
Mirip dengan coaching, tapi yang menjadi fokus utama bukanlah peningkatan keterampilan klien, namun lebih ke kemauan (motivasi/ mental/ sikap).
Facilitating
Fasilitator
fokus pada pengembangan dan pengelolaan proses yang efektif yang
membantu kelompok mencapai hasil yang mereka kehendaki. Fasilitator yang
ahli kadang sama sekali tidak mengenal subjek/ isu yang menjadi
pekerjaan kelompok yang difasilitasi, namun berhasil memfasilitasi
kelompok mencapai tujuannya.
Risang R. Sebagian diambil dari Steve Davis – Becoming a Learning Facilitator (2004)
0 komentar:
Posting Komentar