Pages

"8 Tanggapan Akhwat Gaul"



8 Tanggapan ke “Akhwat Gaul*, Antara Kebebasan dan Keterbukaan”
Betul Mbak. Memang di satu-dua tempat beraktivitas saya sering menjumpai hal-hal yang sebenarnya agak membingungkan bagi pemula seperti saya (sesuai syari’at atau ndak) dan bukan tidak mungkin hal itu menimpa diri saya sendiri. Saya sering mengeluh ketika teman-teman yang cukup antipati pada aktivitas dakwah kampus mengatakan bahwa sebenarnya aktivis itu hanya sok suci saja, ternyata di belakang tetap “bermain”. Yah, saya diamkan saja. Perlu belajar untuk menjawab permasalahan itu.Sepertinya kita semua perlu kembali kepada kemurnian dakwah ini (ta’shil tarbawi). Alhamdulillah, sudah ada pembenahan-pembenahan dalam hal ini (ex: mabit untuk akhwat diminimalisir) tanpa harus mengalami kekakuan. Harapan saya, aktivis dakwah (baik itu kampus /sekolah/tempat yang lain) mampu untuk senantiasa memberikan keteladanan bagi masyarakat meskipun tidak dapat dikatakan bahwa aktivis adalah orang yang suci, tetapi hendakanya terus untuk memperbaiki diri.
di/pada 9 Agustus 2007 pada 10:43 am nailah zhufairah
ukh, banyak yang seperti ini. sampai2 kalo yang model “tertutup” banget di bilang akhwat judes…. tapi itulah…banyak pengaruh dari luar.. bahkan banyak celetukan dari akhwat2 itu sendiri…” akhwat kan perlu modernisasi…”…nah lhooo….
banyak sekali seeeh ukhti2 kta yg kayak gtu..
orang hebat lahir dari ibu yang hebat.jagalah hijabmu, wahai ukhti !!!
Terkadang degradasi sangat mengmungkinkan ketika alur dakwah mengalir sedemikian derasnya, sehingga titik titik antiklimas moralitas sangat perlu dicari solusinya, sangat perlu pengkajian yang teliti penyebab dasar dari peleburan nilai ini.
sebaiknya setiap ukhti menyadarkan dirinya sendiri untuk berprilaku yang terbaik sesuai dengan kaidah islam itu sendiri, karna jika melihat atau mengikuti musim jenis komunikasi yang ada terbuka atau tertutup ( yang dibahas diatas), ini akan menibulkan efek bias nilai, terlebih lagi bagi yang baru.
jadi, model konkritnya yg “pertengahan” itu gimana mb, ya?aq blum jelas…
di/pada 5 Mei 2008 pada 4:31 pm dindin
astaghfirullah….dari artikel antum, ane merasa mendapat peringatan bahwa sebagamana majunya perkembangan teknologi maupun pergaulan, tetaplah qita wajib menjaga hijab. syukron jazakumulah mbak….wassalam
Assalamu’alaykum..Klo skarang “kita” mengusung era keterbukaan, apakah msh pantas berjilbab sampai berkibar2 menutup pinggul? Sejujurnya klo msh sperti itu,untuk “masuk” ke lingkungan keluarga yg heterogen pun saya pikir akan sulit…Bukankah menebarkan kebaikan harus dgn cara yg bijaksana?
Semoga stiap detiknya kita bs slalu bermuhasabah dan memikirkan bagaimana caranya agar “mereka” di luar sana bs memahami Islam (walau tidak harus melalui jalur lq)..
Wallahu a’lam..

0 komentar:

Posting Komentar